Dua anak balita terjebak dalam sebuah mobil yang sedang diparkir di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 15 Februari lalu. Satu anak bernama Abdul Rizal (3,5) tewas kehabisan udara, temannya, Jaka Saputra (5), ditemukan dalam keadaan kritis.
Terlepas dari masih misteriusnya bagaimana kedua anak tersebut bisa masuk ke dalam mobil yang terkunci, kejadian itu mengingatkan orang bahwa mobil bukanlah mainan yang bisa diperlakukan sembarangan.
Sayangnya, banyak pemilik dan pengguna mobil di Indonesia yang tidak mengenal mobil dan berbagai perlengkapan di dalamnya. Karena itu, jangankan menggunakan perlengkapan dengan benar, bahkan fungsinya pun masih banyak yang belum diketahui.
"Padahal, saat seseorang tidak tahu bagaimana menggunakan sebuah fitur safety dengan benar, fitur itu justru bisa membahayakan," kata Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting.
Dalam kaitannya dengan keselamatan berkendara untuk anak-anak, Jusri mengatakan, banyak perangkat keselamatan mobil yang dapat sangat berbahaya bagi anak-anak, bahkan bisa berakibat fatal.
"Jangan dikira mobil hanya berisiko bahaya saat berjalan, dalam kondisi berhenti pun bisa menimbulkan risiko," tuturnya.
Salah satu perangkat keselamatan yang khusus dibuat untuk melindungi anak kecil dalam mobil adalah kunci anak atau child lock. Pada saat kunci ini diaktifkan, pintu belakang tidak bisa dibuka dari dalam, bahkan dalam keadaan kunci utama tidak terkunci.
Kunci tambahan yang terletak di dinding pintu belakang mobil ini berfungsi mencegah anak kecil membuka pintu saat mobil berjalan. Masalah bisa timbul saat pemilik mobil atau pengemudilupa menon- aktifkan kunci ini saat meninggalkan mobil.
"Kalau masih ada anak di dalam, dia akan terkunci. Sementara anak mungkin tidak terpikir untuk membuka pintu depan," lanjut Jusri yang bergerak di bidang konsultan perilaku mengemudi sejak tahun 1984 ini.
Terkuncinya anak dalam mobil yang berhenti bisa membawa serangkaian risiko, bahkan mengakibatkan kematian pada anak. Mobil yang tertutup rapat pintu dan jendelanya dapat dikatakan menjadi ruang tanpa ventilasi udara.
Selain itu, bila mobil diparkir di bawah sinar matahari, suhu di dalam mobil menjadi sangat panas. "Semua itu membawa dampak fatal pada manusia, terutama anak kecil," ujarnya.
Bahkan, seandainya mesin dan sistem pendingin udara (AC) dalam kondisi menyala, risiko bahaya tetap ada. Bila terjadi kebocoran pada dinding mobil, gas beracun yang keluar dari knalpot akan masuk ke kabin mobil dan berputar-putar tanpa ventilasi.
"Gas CO dan CO>sub<2>res<>res< dari knalpot sifatnya sangat beracun," ungkap Jusri sambil menambahkan, pernah terjadi orang keracunan meski mobil dalam kondisi berjalan dengan AC menyala.
Untuk itu, Jusri menyarankan pemakai mobil yang relatif sudah berumur dan menunjukkan mulai ada kebocoran agar membuka kaca jendela sedikit meski AC dinyalakan. "Bukalah kaca jendela sedikit, selebar satu sentimeter. Ini cukup untuk sirkulasi udara," katanya.
Selain itu, saat melakukan perjalanan panjang, beristirahatlah secara rutin. Saat mobil berhenti, bukalah pintu dan jendela selebar- lebarnya untuk memberi kesempatan pertukaran udara.
"Disarankan setelah tiga jam pertama perjalanan, harus beristirahat. Selain untuk mengembalikan kondisi pengemudi, juga untuk sirkulasi udara," papar Jusri.
Namun, di atas segalanya, Jusri menegaskan, aturan dasar mencegah kecelakaan terhadap anak dalam mobil adalah jangan pernah membiarkan anak berada sendirian di dalam mobil.
"Saya tegaskan, jangan pernah meninggalkan anak sendirian tanpa pengawasan orang dewasa di dalam mobil. Meski untuk waktu singkat, misalnya mengambil uang di ATM atau ke mal,"tandasnya.
Sabuk pengaman
Peranti keselamatan lain dalam mobil yang bisa menimbulkan risiko adalah sabuk pengaman atau sabuk keselamatan. Peranti ini sangat penting dan harus dipakai pengemudi dan penumpang untuk menghindari cedera berat pada saat mobil membentur atau menabrak sesuatu.
Akan tetapi, bila penggunaannya tak benar, alat tersebut dapat membahayakan pemakai, terutama anak-anak. "Sabuk pengaman mobil didesain untuk orang dewasa dengan postur tubuh tertentu. Secara umum, desain sabuk pengaman standar memang tak cocok untuk anak- anak," tutur Jusri.
Ketinggian sabuk pengaman tak sesuai dengan postur anak kecil. Bila dipaksakan, sabuk pengaman akan melintang di leher anak. Jika terjadi benturan, sabuk tersebut justru akan mencekik si anak.
"Oleh sebab itu, anak bertinggi badan di bawah 120 sentimeter harus dilengkapi dengan kursi penopang atau booster seat. Dia harus duduk di kursi belakang," katanya.
Tujuan booster seat , agar posisi duduk anak sama tinggi dengan orang dewasa sehingga sabuk pengaman terpasang pada posisi yang benar dan tak berbahaya. Jusri mengungkapkan aturan 3R saat mengenakan sabuk pengaman, yakni rapat, rata, dan rendah.
"Rapat artinya sabuk terpasang pas di tubuh, jangan terlalu kencang jangan terlalu longgar. Rata maksudnya sabuk jangan dipakai dalam kondisi terlipat-lipat. Sedangkan rendah artinya sabuk harus dipakai di bawah pusar, tepat di pinggul. Kalau sabuk dipakai di atas pusar, dapat membahayakan perut saat terjadi benturan," paparnya.
Jusri juga mengingatkan agar para ibu tidak mengenakan sabuk pengaman bersama anak yang dipangku. "Sangat berbahaya mengenakan sabuk pengaman untuk berdua. Si anak yang dipangku bisa terjepit dan tercekik," lanjutnya.
Dengan segala risiko tersebut, sabuk pengaman adalah peranti keselamatan vital yang wajib dipakai pengendara dan penumpang mobil. "Bahkan ibu hamil pun harus tetap memakai sabuk pengaman!" ucapnya.
kompasTerlepas dari masih misteriusnya bagaimana kedua anak tersebut bisa masuk ke dalam mobil yang terkunci, kejadian itu mengingatkan orang bahwa mobil bukanlah mainan yang bisa diperlakukan sembarangan.
Sayangnya, banyak pemilik dan pengguna mobil di Indonesia yang tidak mengenal mobil dan berbagai perlengkapan di dalamnya. Karena itu, jangankan menggunakan perlengkapan dengan benar, bahkan fungsinya pun masih banyak yang belum diketahui.
"Padahal, saat seseorang tidak tahu bagaimana menggunakan sebuah fitur safety dengan benar, fitur itu justru bisa membahayakan," kata Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting.
Dalam kaitannya dengan keselamatan berkendara untuk anak-anak, Jusri mengatakan, banyak perangkat keselamatan mobil yang dapat sangat berbahaya bagi anak-anak, bahkan bisa berakibat fatal.
"Jangan dikira mobil hanya berisiko bahaya saat berjalan, dalam kondisi berhenti pun bisa menimbulkan risiko," tuturnya.
Salah satu perangkat keselamatan yang khusus dibuat untuk melindungi anak kecil dalam mobil adalah kunci anak atau child lock. Pada saat kunci ini diaktifkan, pintu belakang tidak bisa dibuka dari dalam, bahkan dalam keadaan kunci utama tidak terkunci.
Kunci tambahan yang terletak di dinding pintu belakang mobil ini berfungsi mencegah anak kecil membuka pintu saat mobil berjalan. Masalah bisa timbul saat pemilik mobil atau pengemudilupa menon- aktifkan kunci ini saat meninggalkan mobil.
"Kalau masih ada anak di dalam, dia akan terkunci. Sementara anak mungkin tidak terpikir untuk membuka pintu depan," lanjut Jusri yang bergerak di bidang konsultan perilaku mengemudi sejak tahun 1984 ini.
Terkuncinya anak dalam mobil yang berhenti bisa membawa serangkaian risiko, bahkan mengakibatkan kematian pada anak. Mobil yang tertutup rapat pintu dan jendelanya dapat dikatakan menjadi ruang tanpa ventilasi udara.
Selain itu, bila mobil diparkir di bawah sinar matahari, suhu di dalam mobil menjadi sangat panas. "Semua itu membawa dampak fatal pada manusia, terutama anak kecil," ujarnya.
Bahkan, seandainya mesin dan sistem pendingin udara (AC) dalam kondisi menyala, risiko bahaya tetap ada. Bila terjadi kebocoran pada dinding mobil, gas beracun yang keluar dari knalpot akan masuk ke kabin mobil dan berputar-putar tanpa ventilasi.
"Gas CO dan CO>sub<2>res<>res< dari knalpot sifatnya sangat beracun," ungkap Jusri sambil menambahkan, pernah terjadi orang keracunan meski mobil dalam kondisi berjalan dengan AC menyala.
Untuk itu, Jusri menyarankan pemakai mobil yang relatif sudah berumur dan menunjukkan mulai ada kebocoran agar membuka kaca jendela sedikit meski AC dinyalakan. "Bukalah kaca jendela sedikit, selebar satu sentimeter. Ini cukup untuk sirkulasi udara," katanya.
Selain itu, saat melakukan perjalanan panjang, beristirahatlah secara rutin. Saat mobil berhenti, bukalah pintu dan jendela selebar- lebarnya untuk memberi kesempatan pertukaran udara.
"Disarankan setelah tiga jam pertama perjalanan, harus beristirahat. Selain untuk mengembalikan kondisi pengemudi, juga untuk sirkulasi udara," papar Jusri.
Namun, di atas segalanya, Jusri menegaskan, aturan dasar mencegah kecelakaan terhadap anak dalam mobil adalah jangan pernah membiarkan anak berada sendirian di dalam mobil.
"Saya tegaskan, jangan pernah meninggalkan anak sendirian tanpa pengawasan orang dewasa di dalam mobil. Meski untuk waktu singkat, misalnya mengambil uang di ATM atau ke mal,"tandasnya.
Sabuk pengaman
Peranti keselamatan lain dalam mobil yang bisa menimbulkan risiko adalah sabuk pengaman atau sabuk keselamatan. Peranti ini sangat penting dan harus dipakai pengemudi dan penumpang untuk menghindari cedera berat pada saat mobil membentur atau menabrak sesuatu.
Akan tetapi, bila penggunaannya tak benar, alat tersebut dapat membahayakan pemakai, terutama anak-anak. "Sabuk pengaman mobil didesain untuk orang dewasa dengan postur tubuh tertentu. Secara umum, desain sabuk pengaman standar memang tak cocok untuk anak- anak," tutur Jusri.
Ketinggian sabuk pengaman tak sesuai dengan postur anak kecil. Bila dipaksakan, sabuk pengaman akan melintang di leher anak. Jika terjadi benturan, sabuk tersebut justru akan mencekik si anak.
"Oleh sebab itu, anak bertinggi badan di bawah 120 sentimeter harus dilengkapi dengan kursi penopang atau booster seat. Dia harus duduk di kursi belakang," katanya.
Tujuan booster seat , agar posisi duduk anak sama tinggi dengan orang dewasa sehingga sabuk pengaman terpasang pada posisi yang benar dan tak berbahaya. Jusri mengungkapkan aturan 3R saat mengenakan sabuk pengaman, yakni rapat, rata, dan rendah.
"Rapat artinya sabuk terpasang pas di tubuh, jangan terlalu kencang jangan terlalu longgar. Rata maksudnya sabuk jangan dipakai dalam kondisi terlipat-lipat. Sedangkan rendah artinya sabuk harus dipakai di bawah pusar, tepat di pinggul. Kalau sabuk dipakai di atas pusar, dapat membahayakan perut saat terjadi benturan," paparnya.
Jusri juga mengingatkan agar para ibu tidak mengenakan sabuk pengaman bersama anak yang dipangku. "Sangat berbahaya mengenakan sabuk pengaman untuk berdua. Si anak yang dipangku bisa terjepit dan tercekik," lanjutnya.
Dengan segala risiko tersebut, sabuk pengaman adalah peranti keselamatan vital yang wajib dipakai pengendara dan penumpang mobil. "Bahkan ibu hamil pun harus tetap memakai sabuk pengaman!" ucapnya.
mazda.co.id